Kamis, 03 Desember 2015

ANAK TUNA GRAHITA



1.  Pengertian Anak Tunagrahita
Secara umum, pengertian anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kecerdasan dibawah rata-rata normal. Sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk dapat mengikuti pelajaran di sekolah umum. Yang dimaksud dengan kecerdasan dibawah rata-rata normal, yaitu apabila perkembangan umur kecerdasan atau Mental Age (MA) berada dibawah pertumbuhan usia sebenarnya atau Calender Age (CA).
Ada beberapa istilah yang dipergunakan, namun intinya mengarah kepada kondisi intelektual penyandangnya. Anak tunagrahita mengalami keterlambatan apabila dibandingkan dengan anak normal. Tidak semua anak yang mengalami keterlambatan disebut anak tunagrahita. Ada 3 faktor yang dapat menentukan apakah seorang anak itu dikatakan tunagrahita, yaitu :
a. Keterbatasan kecerdasan intelektual.
b. Mengalami kekurangan dalam penyesuaian tingkah laku.
c. Terjadi pada usia 0-18 tahun.
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh American Association Mental Deficiency (AAMD) tahun 1973 yang dikutip oleh Astati (2001:3) bahwa : "Ketunagrahitaan mengacu kepada fungsi intelektual yang secara jelas berada di bawah rata-rata/normal disertai dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian dan terjadi dalam periode perkembangan".
Jadi apabila anak hanya memiliki salah satu atau dua faktor dari pernyataan diatas, maka anak tersebut tidak termasuk tunagrahita. Tunagrahita bukan suatu penyakit, melainkan suatu kondisi yang melibatkan berbagai aspek penyakit yang dapat menyebabkan ketunagrahitaan.
Dari pengertian-pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud tunagrahita adalah mereka yang mengalami perkembangan kecerdasan dan tidak dapat menyesuaikan diri (social emosi) sedemikian rupa sehingga mereka memerlukan pelayanan bimbingan dan program pendidikan secara khusus agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin.
2.  Karakteristik Anak Tunagrahita
Tunagrahita merupakan suatu kondisi dimana perkembangan kecerdasan anak mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Karakteristik menurut Moh. Amin (1995:35) adalah :
Intelegensi merupakan fungsi yang komplek sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi, penyesuaian diri dengan masalah dan situasi kehidupan yang baru, berfikir abstrak, kreatif dan sebagainya. Hal ini tidak dimiliki anak tunagrahita karena kapasitas tersebut sangat terbatas, terutama yang bersifat abstrak seperti berhitung.

a.   Keterbatasan Sosial
Anak tunagrahita memiliki kesulitan mengurus diri sendiri, cenderung berteman dengan yang lebih muda, tidak mampu memikul tanggungjawab sosial, hampir selalu dibimbing dan diawasi, selalu diawasi sewaktu bermain dengan anak-anak lain, tidak dapat bersaing dengan teman sebaya, bahkan sampai dewasa pun kepentingan ekonominya sangat tergantung pada bantuan orang lain. Tanpa bimbingan dan pengawasan, dikhawatirkan mereka akan terjerumus ke hal-hal yang negatif.
b.  Keterbatasan Fungsi Mental Lainnya
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa yang disebabkan oleh pusat pengolahan kata yang kurang befungsi. Mereka mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian, menghindari hal-hal yang membutuhkan pemikiran, serta muda lupa.
c.  Dorongan dan Emosi
Anak tunagrahita tidak mempunyai dorongan untuk mempertahankan diri. Selain itu, kehidupan emosinya lemah, dan penghayatannya terbatas.
d.  Organisme
Pada anak tunagrahita, baik struktur maupun fungsi organismenya kurang daripada anak normal. Seperti kurang mampu membedakan persamaan dan perbedaan, kurang rentan terhadap perasaan sakit, bau yang tidak enak, dan makanan yang tidak enak. Selain itu, badan relatif kecil, tenaganya kurang, cepat lelah, dan kurang mempunyai daya tahan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak tunagrahita ternyata sangat bervariasi. Maka dari itulah sangat penting untuk diketahui oleh para orangtua maupun para pendidik agar dapat memberikan layanan pendidikan dan kebutuhan yang tepat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
3.  Klasifikasi Anak Tunagrahita
Pada dasarnya anak tunagrahita itu dapat dikelompokkan berdasarkan pada taraf intelegensinya, terdiri dari keterbelakangan ringan, sedang dan berat. Kemampuan anak tunagrahita kebanyakan diukur dengan tes Stanford Binet dan skala Weschler (WISC). Adapun pengklasifikasian anak tunagrahita berdasarkan derajat dan keterbelakanganya menurut (sumber : Blake, 1976) alih bahasa Sutjihati (2006:108) adalah :
Tabel 1
KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA
Level Keterbelakangan
IQ

Stanford Binet
Skala Weschler
Ringan
68-52
69-55
Sedang
51 -36
54-40
Berat
35-19
39-25
Sangat berat
>19
>24

Dengan demikian, klasifikasi tunagrahita dapat dikelompokan sebagai berikut :
a.  Tunagrahita Ringan
pada umumnya, anak tunagrahita ringan masih bisa belajar membaca, menulis dan berhitung  sederhana. Mereka dapat dididik menjadi tenaga kerja semi skilled, seperti laundry, pertanian, dan sebagainya. Tetapi dalam segi sosial, anak tunagrahita ringan tidak dapat melakukan penyesuaian secara independen. Contohnya mereka akan membelanjakan uangnya dengan lugu, tidak dapat merencanakan masa depan, tidak dapat bergaul dengan lingkungan yang lebih luas, serta tidak dapat mandiri dalam masyarakat. Namun, pada umumnya keadaan fisik anak tunagrahita ringan hampir sama dengan anak normal.
b.  Tunagrahita Sedang
Anak tunagrahita sedang dapat mencapai perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun. Dapat dididik mengurus dan melindungi diri dari bahaya. Mereka sangat sulit belajar secara akademik seperti membaca, menulis dan berhitung. Akan tetapi, masih bisa dididik untuk mengurus diri sendiri seperti mandi, berpakaian dan sebagainya. Selain itu, mereka masih dapat bekerja di tempat kerja yang terlindung.
c.   Tunagrahita Berat
Kelompok ini dapat dibedakan lagi antara anak tunagrahita berat yang mempunyai IQ 32-20 dan Anak tunagrahita sangat berat yang mempunyai IQ dibawah 19, semuanya berdasarkan skala Binet.
       Berdasarkan kutipan di atas penulis menyimpulkan bahwa klasifikasi anak tunagrahita terdidri dari anak tunagrahita ringan, sedang, berat dan sangat berat. Pengelompokan ini untuk mempermudah dalam membenkan pelayanan yang disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan anak.
4. Permasalahan Anak Tunagrahita
Permasalahan yang dihadapi anak tunagrahita berbeda-beda, hal tersebut muncul karena perbedaan karakteristik dan perbedaan tingkat ketunagrahitaannya. Berikut ini pendapat Astati (2001:10-12) mengenai permasalahan yang dihadapi anak tunagrahita :
a. Permasalahan Anak Tunagrahita Ringan
1) Masalah penyesuaian diri
Anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam mengartikan norma-norma lingkungan sehingga mereka tidak dapat melakukan fungsinya sebagai anggota masyarakat. Akhirnya tidak jarang dari mereka diisolasi dan dianggap hanya menjadi beban orang lain.
2) Masalah pemeliharaan diri
Anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam membina dirinya. Misalnya dalam mengadakan orientasi, pemeliharaan dan penggunaan fasilitas di lingkungannya serta bagaimana kepantasan penampilannya.
3) Masalah kesulitan belajar
Kesulitan belajar umumnya tapak dalam bidang pelajaran yang sifatnya akademis dan mengandung hal-hal yang sifatnya abstrak. Sedangkan dalam bidang pelajaran non akademis, merelka tidak begitu mengalami kesulitan.


4) Masalah pekerjaan
Kenyataan menunjukan banyak populasi penyandang tunagrahita ringan paska sekolah yang tidak memperoleh kesempatan kerja kerena dinilai kemampuan kerja mereka sangat rendah. Hal ini diperkirakan penyebabnya antara lain kurangnya kesesuaian antara keterampilan yang dimiliki dan perilaku vokasional (daya tahan,minat, kegembiraan, komunikasi, penampilan dan lain-lain). Dengan tuntutan lapangan pekerjaan. Sementara itu, masyarakat menganggap bahwa penyandang tunagrahita harus mampu berkompetisi dengan orang normal karena melihat usia maupun keadaan fisiknya (keadaan fisik anak penyandang tunagrahita ringan tidak beda dengan orang normal). Bila hal ini tidak ditanggulangi dan dicarikan jalan keluar, maka penyandang tunagrahita cenderung menggantungkan diri pada orang lain.
b. Permasalahan Tunagrahita Sedang
1) Masalah dalam pemeliharaan diri
Masalah yang dihadapi penyandang tunagrahita sedang dalam mengurus diri misalnya bagaimana cara makan, minum, berpakaian, menjaga kebersihan diri, keselamatan, dan lain-lain. Karena itu sangat membutuhkan latihan-latihan yang rutin praktis dan bertahap.
2) Masalah penyesuaian diri
Masalah yang dihadapi penyandang tunagrahita sedang dalam penyesuaian diri ini adalah tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang di sekitar. Oleh sebab itu, mereka sebaiknya dibiasakan untuk bergaul dengan orang lain di luar anggota keluaganya, dan mengadakan orientasi lingkungan.
3) Masalah kesulitan belajar dan mendapatkan pekerjaan
Berhubung kecerdasan yang dimiliki penyandang tunagrahita sedang sangat terbatas, tentu akan mengakibatkan adanya kesulitan dalam belajar. Namun dengan latihan yang rutin dalam hal-hal yang sifatnya non akademik dan sederhana , mereka masih dapat dilatih dan melakukannya dengan baik.
c. Permasalahan tunagrahita berat dan sangat berat.
Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang hidupnya akan bergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak mampu memelihara dirinya sendiri (makan, berpakaian, ke WC dan sebagainya) karenanya harus dibantu.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi anak tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan karakteristik dan tingkat ketunagrahitaannya. Anak tunagrahita ringan permasalahan yang dihadapinya adalah penyesuaian diri, pemeliharaan diri, masalah kesulitan belajar, dan masalah pekerjaan. Anak tunagrahita sedang permasalahan yang dihadapi adalah masalah penyesuaian diri, pemeliharaan diri, masalah kesulitan belajar, dan mendapatkan pekerjaan. Sedangkan masalah yang dihadapi anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang hidupnya memerlukan pertolongan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar