1.
Hambatan Emosi dan Sosial pada Anak
Dalam literatur asing banyak istilah yang
mengupas tentang pendidikan dan psikoterapi bagi anak yang mengalami gangguan
emosi dan sosial, banyak ditemukan istilah dengan makna yang sama dengan
istilah anak dengan hambatan emosi dan sosial, seperti: serious emotional
disturbance children, emotional conflict children, behavior disorder children,
social and emotional children dan lainnya.
Istilah-istilah tersebut pada dasarnya
sama, yaitu menunjuk kepada anak yang mengalami penyimpangan perilaku pada
tafar berat, sedang, ringan yang disebabkan oleh gangguan emosi, sosial atau
keduanya (Setiawan, A, 2009:1). Atau juga disebut dengan anak dengan hambatan
emosi dan sosial.
Kauffman (Sunardi, 1995:9) mendefinisikan anak anak dengan hambatan
emosi dan sosial sebagai anak yang secara kronis dan mencolok berinteraksi
dengan lingkungannya dengan cara yang secara sosial tidak dapat diterima atau
secara pribadi tidak menyenangkan, tapi masih bisa diajar untuk bersikap yang
secar sosial dapat diterima dan secara pribadi menyenangkan.
Istilah anak dengan hambatan emosi dan sosial diartikan sebagai
gangguan atau hambatan atau kelainan tingkah laku sehingga kurang dapat
menyesuaiakan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat (PP RI No. 2/91 Sistem pendidikan Luar Biasa). Lebih lanjut,
gangguan perilaku merupakan deviation from age appropriate behavior which
significantly interfers with (1) the child’s own growth and development and/or
(2) the lives of other. (Kirk, 1972: 389).
Menurut Algozzine, Schmidt, dan Merceri dala (Airin, 2010: 11)
adalah:
Anak yang secara kondisi
dan terus menerus menunjukkan penyimpangan tingkah laku berat yang mempengaruhi
proses belajar, meskipun telah menerima layanan belajar dan bilbingan seperti
halnya anak lain. Ketidakmampuannya dalam menjalin hubungan baik dengan orang
lain dan gangguan belajarnya tidak disebabkan oleh kelainan fisik, saraf atau
integensi.
Dari banyak pendapat menurut para ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa anak tuna laras adalah anak yang mengalami hambatan emosi dan tingkah
laku sehingga kurang dapat atau mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri
dengan baik terhadap lingkungannya dan hal ini akan mengganggu situasi
belajarnya.
2.
Klasifikasi Hambatan Emosi dan Sosial pada
Anak
Berdasarkan penelitian
Quay dan Peterson, Hallahan dan Kauffman dalam (Airin, 2010: 12) membagi anak anak
dengan hambatan emosi dan sosial sebagai berikut:
1.
Sosialized Aggresion
Memiliki kelompok kriminal
negatif yang solid
2.
Attention problem
Maturity/Inadequacy
Tidak dapat berkonsentrasi,
mudah menjawab tanpa berpikir
3.
Anxiety Withdrawn
Kesadaran diri, pemalu,
hipersensitif, mudah sakit hati, sering sedih, cemas, depresi
4.
Psychotic Behavior
Sulit untuk fokus, cara
berbicara yang tidak tertatur, memperlihatkan tingkah laku yang ganjil
5.
Conduct Disorder/Unsosialized
Aggression
Tidak dapat mengendalikan diri,
mencari perhatian, selalu ingin diperhatikan, mengganggu orang lain, senang
berkelahi, tidak kooperatif, tidak patuh
6.
Motor Excess
Gelisah, tidak dapat diam, Talkactive
Sementara dikemukakan oleh Quay, 1979 dalam Samuel A. Kirk and James J. Gallagher (1986) yang dialih bahasakan oleh Moh. Amin, dkk (1991):51) adalah sebagai berikut:
Anak yang mengalami gangguan perilaku yang kacau (conduct disorder) mengacu pada tipe anak yang melawan kekuasaan, seperti bermusuhan dengan polisi dan guru, kejam, jahat, suka menyerang, hiperaktif.
Anak yang cemas-menarik diri (anxious-withdraw) adalah anak yang pemalu, takut-takut, suka menyendiri, peka, dan penurut. Mereka tertekan batinnya.
Dimensi ketidakmatangan (immaturity) mengacu kepada anak yang tidak ada perhatian, lambat, tidak berminat sekolah, pemalas, suka melamun dan pendiam. Mereka mirip seperti anak autistic.
Anak agresi sosialisasi (socialized-aggressive) mempunyai cirri atau masalah perilaku yang sama dengan gangguan perilaku yang bersosialisasi dengan “gang: tertentu. Anak tipe ini termasuk dalam perilaku pencurian dan pembolosan. Mereka merupakan suatu bahaya bagi masyarakat umum.
Dampak Hambatan Emosi Dan Sosial
Pada sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Morse, Cutler dan Fink (Kirik, 1972: 393 dalam Airin, 2010: 14)
karakteristik dari 441 anak dengan gangguan emosi adalah sebagai berikut:
1.
Berentang usia antara 5-15
tahun, dengan umur rerata bagi anak laki-laki 9,4 dan perempuan 9,8 tahun.
2.
Terdiri dari 83,2% anak
laki-laki dan 16,8% anak perempuan
3.
Para guru menilai mayoritas
anak-anak ini terbelakang secara akademis dibandingkan dengan harapan akademis
pada usia kronologis mereka
4.
Rentang IQ mereka antara
68-132. Mayoritas dari mereka memliki IQ di atas 100
5.
Lebih dari setengah sampel
dikelompokkan pada neurotis, dengan perilaku yang paling mencolok sebagai
masalah perilaku yang dominan. Sementara kelompok lainnya masuk ke dalam kelompok
”immature/tidak matang”.
Sementara pada penelitian oleh California
State Department of Education (Kirk, 1972:393 dalam Airin 2010: 14) ditemukan karakteristik dari anak-anak dengan
gangguan emosi ini meliputi:
1.
Memiliki prestasi sekolah yang
benar-benar berada di bawah rata-rata
2.
Lebih sering dipanggil ke ruang
wakil kepala sekolah untuk tindakan pendisplinan
3.
Lebih sering keluar dan
meninggalkan sekolah
4.
Lebih sering bolos sekolah
5.
Lebih sering masuk UKS karena
sakit, butuh istirahat atau merasa tidak nyaman
6.
Lebih sering berhubungan dengan
guru BK
7.
Lebih sering menjadi subjek
pekerja sosial khusus kesejahteraan anak
8.
Sebagai subjek yang lebih
sering berhubungan dengan polisi
9.
Memungkinkan untuk dijadikan
sebagai subjek eksperimen
10. Lebih sering
ditemukan melakukan kekerasan
11. Lebih sering dirujuk
ke klinik bimbingan lokal
Penulis simpulkan
bahwa dampak hambatan emosi dan sosial dapat mengakibatkan seseorang tidak
dapat diterima di lingkungan tempat tinggalnya dikarenakan memiliki
karakteristik yang telah dipaparkan diatas, akan tetapi juga berkaitan dengan keterampilan
sosial yang dimiliki anak dengan hambatan emosi dan sosial terhadap interaksi
sosial, kerjasama dan juga kegiatan belajar di sekolah sehingga anak dengan
hambatan emosi dan sosial tidak dapat berprestasi di sekolahnya.
Kemampuan Sosial dan Emosi
Secara garis besar anak dengan hambatan emosi dan sosial dapat
diklasifikasikan menjadi anak yang mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial dan anak yang mengalami gangguan emosi. Sehubungan
dengan itu, William M.C (1975) mengemukakan kedua klasifikasi tersebut antara
lain sebagai berikut:
1. anak yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial:
a. The Semi-sosialize child, anak yang termasuk dalam
kelompok ini dapat mengadakan hubungan sosial tetapi terbatas pada lingkungan
tertentu. Misalnya: keluarga dan kelompoknya. Keadaan seperti ini datang dari
lingkungan yang menganut norma-norma tersendiri, yang mana norma tersebut
bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian anak
selalu merasakan ada suatu masalah dengan lingkungan di luar kelompoknya.
b. Children arrested at a primitive level of sosialization,
anak pada kelompok ini dalam perkembangan sosialnya, berhenti pada level atau
tingkatan yang rendah. Mereka adalah anak yang tidak pernah mendapat bimbingan
kearah sikap sosial yang benar dan terlantar dari pendidikan, sehingga ia
melakukan apa saja yang dikehendakinya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya
perhatian dari orang tua yang mengakibatkan perilaku anak di kelompok ini
cenderung dikuasai oleh dorongan nafsu saja. Meskipun demikian mereka masih
dapat memberikan respon pada perlakuan yang ramah.
c. Children with minimum sosialization capacity, anak
kelompok ini tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk belajar sikap-sikap
sosial. Ini disebabkan oleh pembawaan/kelainan atau anak tidak pernah mengenal
hubungan kasih sayang sehingga anak pada golongan ini banyak bersikap apatis
dan egois.
2. Anak yang mengalami gangguan emosi, terdiri dari:
a. neurotic behavior, anak pada kelompok ini masih bisa
bergaul dengan orang lain akan tetapi mereka mempunyai masalah pribadi yang
tidak mampu diselesaikannya. Mereka sering dan mudah dihinggapi perasaan sakit
hati, perasaan cemas, marah, agresif dan perasaan bersalah. Disamping juga
kadang mereka melakukan tindakan lain seperti mencuri dan bermusuhan. Anak
seperti ini biasanya dapat dibantu dengan terapi seorang konselor. Keadaan
neurotik ini biasanya disebabkan oleh sikap keluarga yang menolak atau
sebaliknya, terlalu memanjakan anak serta pengaruh pendidikan yaitu karena
kesalahan pengajaran atau juga adanya kesulitan belajar yang berat.
b.
children
with psychotic processes,
anak pada kelompok ini mengalami gangguan yang paling berat sehingga memerlukan
penanganan yang lebih khusus. Mereka sudah menyimpang dari kehidupan yang
nyata, sudah tidak memiliki kesadaran diri serta tidak memiliki identitas diri.
Adanya ketidaksadaran ini disebabkan oleh gangguan pada sistem syaraf sebagai
akibat dari keracunan, misalnya minuman keras dan obat-obatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar