Sabtu, 12 Desember 2015

AUTISME DAN PENDIDIKANNYA





INFORMASI MENGENAI AUTISMEN DAN PENDIDIKANNYA

PERISTILAHAN
  • Autism = autisme yaitu nama gangguan perkembangan komunikasi, sosial, prilaku pada anak (Leo Kanner & Asperger, 1943).
  • Autist = autis : Anak yang mengalami ganguan autisme.
  • Autistic child = anak autistik : Keadaan anak yang mengalami gangguan autisme.

APA AUTISME ITU?
Secara harfiah autisme berasal dari kata autos =diri dan isme= paham/aliran.
  • American Psych: autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Austistik”. (American Psychiatic Association 2000)
  • Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial (Mardiyatmi ‘ 2000).
  • Gangguan autisme terjadi pada masa perkembangan sebelum usia 36 bulan “Sumber dari Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa” (PPDGJ III)
  • Autisme dapat terjadi pada anak, tanpa perbedaan ras, etnik, tingkat sosial ekonomi dan pendidikan.
  • Privalensi Autisme diperkirakan 1 per 150 kelahiran. Menurut penelitian di RSCM selama tahun 2000 tercatat jumlah pasien baru Autisme sebanyak 103 kasus. Dari privalensi tersebut diperkirakan anak laki-laki autistik lebih banyak dibanding perempuan (4:1).

APA TANDA-TANDA ANAK AUTISTIK?
Anak autistik menunjukkan gangguan–gangguan dalam aspek-aspek berikut ini: (sering dapat diamati sehari-hari)
Bagaimana Anak Austistik berkomunikasi?
  • Sebagian tidak berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal.
  • Tidak mampu mengekpresikan perasaan maupun keinginan
  • Sukar memahami kata-kata bahasa orang lain dan sebaliknya kata-kata/bahasa mereka sukar dipahami maknanya..
  • Berbicara sangat lambat, monoton, atau tidak berbicara sama sekali.
  • Kadang-kadang mengeluarkan suara-suara aneh.
  • Berbicara tetapi bukan untuk berkomunikasi.
  • Suka bergumam.
  • Dapat menghafal kata-kata atau nyanyian tanpa memahami arti dan konteksnya.
  • Perkembangan bahasa sangat lambat bahkan sering tidak tampak.
  • Komunikasi terkadang dilakukan dengan cara menarik-narik tangan orang lain untuk menyampaikan keinginannya.
Bagaimana anak austistik bergaul?
  • Tidak ada kontak mata
  • Menyembunyikan wajah
  • Menghindar bertemu dengan orang lain
  • Menundukkan kepala
  • Membuang muka
  • Hanya mau bersama dengan ibu/keluarganya
  • Acuh tak acuh, interaksi satu arah.
  • Kurang tanggap isyarat sosial.
  • Lebih suka menyendiri.
  • Tidak tertarik untuk bersama teman.
  • Tidak tanggap / empati terhadap reaksi orang lain atas perbuatan sendiri.
Bagaimana anak autistik membawakan diri ?
  • Menarik diri
  • Seolah-olah tidak mendengar (acuk tak acuh/tambeng)
  • Dapat melakukan perintah tanpa respon bicara
  • Asik berbaring atau bermain sendiri selama berjam-jam.
  • Lebih senang menyendiri. .
  • Hidup dalam alam khayal (bengong)
  • Konsentrasi kosong
  • Menggigit-gigit benda
  • Menyakiti diri sendiri
  • Sering tidak diduga-duga memukul teman.
  • Menyenangi hanya satu/terbatas jenis benda mainan
  • Sering menangis/tertawa tanpa alasan
  • Bermasalah tidur/tertawa di malam hari
  • Memukul-mukul benda (meja, kursi)
  • Melakukan sesuatu berulang-ulang (menggerak-gerakkan tangan, mengangguk-angguk dsb).
  • Kurang tertarik pada perubahan dari rutinitas
Bagaimana kepekaan sensori integratifnya anak autistik ?
  • Sangat sensitif terhadap sentuhan ,seperti tidak suka dipeluk.
  • Sensitif terhadap suara-suara tertentu
  • Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda.
  • Sangat sensitif atau sebaliknya, tidak sensitif terhadap rasa sakit.
Bagaimana Pola Bermain autistik anak?
  • Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.
  • Kurang/tidak kreatif dan imajinatif
  • Tidak bermain sesuai fungsi mainan
  • Menyenangi benda-benda berputar, sperti kipas angin roda sepeda, dan lain-lain.
  • Sering terpaku pada benda-benda tertentu
Bagaimana keadaan emosi anak autistik ?
  • Sering marah tanpa alasan.
  • Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum )bila keinginan tidak dipenuhi.
  • Tiba-tiba tertawa terbahak-bahak atau menangis tanpa alasan
  • Kadang-kadang menyerang orang lain tanpa diduga-duga.
Bagaimana kondisi kognitif anak autisti?
Menurut Penelitian di Virginia University di Amerika Serikat diperkirakan 75 – 80 % penyandang autis mempunyai kemampuan berpikir di bawah rata-rata/retardasi mental, sedangkan 20 % sisanya mempunyai tingkat kecerdasan normal ataupun di atas normal untuk bidang-bidang tertentu.
  • Sebagian kecil mempunyai daya ingat yang sangat kuat terutama yang berkaitan denga obyek visual (gambar)
  • Sebagian kecil memiliki kemampuan lebih pada bidang yang berkaitan dengan angka.

APA PENYEBAB AUTISME?
Sampai sekarang belum terdeteksi faktor yang menjadi penyebab tunggal timbulnya gangguan autisme. Namun demikian ada beberapa faktor yang di mungkinkan dapat menjadi penyebab timbulnya autisme. berikut:
1. Menurut Teori Psikososial
Beberapa ahli (Kanner dan Bruno Bettelhem) autisme dianggap sebagai akibat hubungan yang dingin, tidak akrab antara orang tua (ibu) dan anak. Demikian juga dikatakan, orang tua/pengasuh yang emosional, kaku, obsesif, tidak hangat bahkan dingin dapat menyebabkan anak asuhnya menjadi autistik.
2. Teori Biologis
  1. Faktor genetic: Keluarga yang terdapat anak autistik memiliki resiko lebih tinggi dibanding populasi keluarga normal.
  2. Pranatal, Natal dan Post Natal yaitu: Pendarahan pada kehamilan awal, obat-obatan, tangis bayi terlambat, gangguan pernapasan, anemia.
  3. Neuro anatomi yaitu: Gangguan/disfungsi pada sel-sel otak selama dalam kandugan yang mungkin disebabkan terjadinya gangguan oksigenasi, perdarahan, atau infeksi.
  4. Struktur dan Biokimiawi yaitu: Kelainan pada cerebellum dengan cel-sel Purkinje yang jumlahnya terlalu sedikit, padahal sel-sel purkinje mempunyai kandungan serotinin yang tinggi. Demikian juga kemungkinan tingginya kandungan dapomin atau opioid dalam darah.
3. Keracunan logam berat misalnya terjadi pada anak yang tinggal dekat tambanga batu bara, dlsb.
4. Gangguan pencernaan, pendengaran dan penglihatan. Menurut data yang ada 60 % anak autistik mempunyai sistem pencernaan kurang sempurna. Dan kemungkinan timbulnya gejala autistik karena adanya gangguan dalam pendengaran dan penglihatan.

II. APA YANG PERLU KITA LAKUKAN TERHADAP ANAK AUTISTIK USIA DINI?
Sebelum/sembari mengikuti pendidikan formal (sekolah). Anak autistik dapat dilatih melalui terapi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak antara lain:
  1. Terapi Wicara: Untuk melancarkan otot-otot mulut agar dapat berbicara lebih baik.
  2. Terapi Okupasi : untuk melatih motorik halus anak.
  3. Terapi Bermain : untuk melatih mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain.
  4. Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy) : untuk menenangkan anak melalui pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang.
  5. Terapi melalui makan (diet therapy) : untuk mencegah/mengurangi tingkat gangguan autisme.
  6. Sensory Integration therapy : untuk melatih kepekaan dan kordinasi daya indra anak autis (pendengaran, penglihatan, perabaan)
  7. Auditory Integration Therapy : untuk melatih kepekaan pendengaran anak lebih sempurna
  8. Biomedical treatment/therapy : untuk perbaikan dan kebugaran kondisi tubuh agar terlepas dari faktor-faktor yang merusak (dari keracunan logam berat, efek casomorphine dan gliadorphine, allergen, dsb)
  9. Hydro Therapy : membantu anak autistik untuk melepaskan energi yang berlebihan pada diri anak melalui aktifitas di air.
  10. Terapi Musik : untuk melatih auditori anak, menekan emosi, melatih kontak mata dan konsentrasi.

III. Ada Beberapa Pendekatan Pembelajaran Anak Autistik Antara Lain
  • Discrete Tial Training (DTT) : Training ini didasarkan pada Teori Lovaas yang mempergunakan pembelajaran perilaku. Dalam pembelajarannya digunakan stimulus respon atau yang dikenal dengan orperand conditioning. Dalam prakteknya guru memberikan stimulus pada anak agar anak memberi respon. Apabila perilaku anak itu baik, guru memberikan reinforcement (penguatan). Sebaliknya perilaku anak yang buruk dihilangkan melalui time out/ hukuman/kata “tidak”
  • Intervensi LEAP (Learning Experience and Alternative Programfor Preschoolers and Parents) menggunakan stimulus respon (sama dengan DTT) tetapi anak langsung berada dalam lingkungan sosial (dengan teman-teman). Anak auitistik belajar berperilaku melalui pengamatan perilaku orang lain.
  • Floor Time merupakan teknik pembelajaran melalui kegiatan intervensi interaktif. Interaksi anak dalam hubungan dan pola keluarga merupakan kondisi penting dalam menstimulasi perkembangan dan pertumbuhan kemampuan anak dari segi kumunikasi, sosial, dan perilaku anak.
  • TEACCH (Treatment and Education for Autistic Childrent and Related Communication Handicaps) merupakan pembelajaran bagi anak dengan memperhatikan seluruh aspek layanan untuk pengembangan komunikasi anak. Pelayanan diprogramkan dari segi diagnosa, terapi/treatment, konsultasi, kerjasama, dan layanan lain yang dibutuhkan baik oleh anak maupun orangtua.

IV. BAGAIMANA MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN
Pendidikan untuk anak autistik usia sekolah bisa dilakukan di berbagai penempatan. Berbagai model antara lain:
1. Kelas transisi
Kelas ini diperuntukkan bagi anak autistik yang telah diterapi memerlukan layanan khusus termasuk anak autistik yang telah diterapi secara terpadu atau struktur. Kelas transisi sedapat mungkin berada di sekolah reguler, sehingga pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan dimodifikasi sesuai kebutuhan anak.
2. Program Pendidikan Inklusi
Program ini dilaksanakan oleh sekolah reguler yang sudah siap memberikan layanan bagi anak autistik. Untuk dapat membuka program ini sekolah harus memenuhi persyaratan antara lain:
  1. Guru terkait telah siap menerima anak autistik
  2. Tersedia ruang khusus (resourse room) untuk penanganan individual
  3. Tersedia guru pembimbing khusus dan guru pendamping.
  4. Dalam satu kelas sebaiknya tidak lebih dari 2 (dua) anak autistik.
  5. Dan lain-lain yang dianggap perlu.
3. Pragram Pendidikan Terpadu
Program Pendidikan Terpadu dilaksanakan disekolah reguler. Dalam kasus/waktu tertentu, anak-anak autistik dilayani di kelas khusus untuk remedial atau layanan lain yang diperlukan. Keberadaan anak autistik di kelas khusus bisa sebagian waktu atau sepanjang hari tergantung kemampuan anak.
4. Sekolah Khusus Autis
Sekolah ini diperuntukkan khusus bagi anak autistik terutama yang tidak memungkinkan dapat mengikuti pendidikan di sekolah reguler. Anak di sekolah ini sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan adanya distraksi sekeliling mereka. Pendidikan di sekolah difokuskan pada program fungsional seperti bina diri, bakat, dan minat yang sesuai dengan potensi mereka.
5. Program Sekolah di Rumah
Program ini diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak mampu mengikuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya. Anak-anak autistik yang non verbal, retardasi mental atau mengalami gangguan serius motorik dan auditorinya dapat mengikuti program sekolah di rumah. Program dilaksanakan di rumah dengan mendatangkan guru pembimbing atau terapis atas kerjasama sekolah, orangtua dan masyarakat.
6. Panti (griya) Rehabilitasi Autis.
Anak autistik yang kemampuannya sangat rendah, gangguannya sangat parah dapat mengikuti program di panti (griya) rehabilitasi autistik. Program dipanti rehabilitasi lebih terfokus pada pengembangan:
(1) Pengenalan diri
(2) Sensori motor dan persepsi
(3) Motorik kasar dan halus
(4) Kemampuan berbahasa dan komunikasi
(5) Bina diri, kemampuan sosial
(6) Ketrampilan kerja terbatas sesuai minat, bakat dan potensinya.

Dari beberapa model layanan pendidikan di atas yang sudah eksis di lapangan adalah Kelas transisi, sekolah khusus autistik dan panti rehabilitasi.
Dimana Ada Pelayanan Therapi dan Pendidikan Anak Autistik?

A. Klinik-Klinik Yang Menangani Anak Austistik

RS MMC
Bagian Psikiatri
Jln. HR. Rasuna Said Kav. C21, Kuningan, Jakarta Selatan
Phone : 5203435 Fax. 52033417
Dr. Melly Budiman, Sp.Kj

RS Ongkomulyo Medical Center
Jln. Pulo Mas Barat VI, Jakarta 13210
Phone : 4722719 Fax. 4718081
Dr. Melly Budiman, Sp.Kj

RS Cipto Mangun Kusumo
Jln. Salemba 6 Jakarta Pusat
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Sub. Neorologi Anak
Phone : 3149161
Dr. Hardiono D Pusponegoro, DSAK

Klinik Anaku – Kelapa Gading
Jln. Kelapa Gading Boulevard
Blok LA-6/34-35 Jakarta Utara (depan Kelapa Gading Mall)
Phone : 4502355-56 Fax : 4513263
Dr. Hardiono D. Pusponegoro, DSAK

Klinik Jakarta Medical Center (JMC)
Jln. Buncit Raya No. 15, Jakarta Selatan
Phone : 7940836-37 Fax. 7940838
e-mail : jmcinfo@rad.net.id
Dr. Rudi Sutadi, DSA

Bag. Psikiatri FKUI-RSCM
Jln. Diponegoro No. 1 Jakarta-12740
Phone : 337539
Dr. Ika Idyowati, Sp.Kj

RS Pondok Indah
Metro Duta 1 Kav. UE
Jakarta Selatan
Phone : 7657525-7502749
Dr. Ika Widyowati, Sp.Kj

Dr. Ika Widyowati, Sp.Kj
Praktek : di raumah
Taman Meruya Ilir J 1 No. 22, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Phone : 5845359

Klinik KTK RSAB Harapan Kita
(Klinik Tumbuh Kembang Anak)
Jln. Let. Jen S. Parman Kav. 87
Phone : 5668284 ext 583, 5672191
Dr. Iramaswaty Kamarul, DSA
Dr. Melly Budiman, Sp.Kj

RS Graha Medika
Jln. Raya Perjuangan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Phone : 5300887, 5300889
Dr. Dwijo Saputro, Sp.Kj

Dr. Sasanti Yuniar, Sp.Kj
Praktek : di rumah
Jln. Ketintang Selatan VIII/14, Surabaya
Phone : 031-5501669


Bagian Lab./SMF Ilmu Kedokteran Jiwa
FK Univ. Airlangga/RSUD Dr. Soetomo
Phone : 031-5501669
Dr. Susanti Yuniar, Sp.Kj


B. Pusat-Pusat Terapi di Jakarta dan Sekitarnya

Jakarta Selatan

Kitty Center
Pertokoan Bona Indah A2/A10
Jln. Karang Tengah Raya, Jakarta Selatan
Phone : 7655129

Kryakon
Jln. Lebak Bulus III 28 A, Jakarta Selatan
Phone : 7504239

Dwi Gantari Indonesia
(Bapak Marzuki-Ibu Evie Sabir)
Jln. Benda III No. 27-27A
Kebayoran-Jakarta Selatan
Phone : 7247211

Klinik Sasana Husada
Jln. Kyai Maja No. 19 (depan RS Pertamina)
Phone : 7222410

Yayasan Balita Mandiri
Jl. YB Simatupang Raya Plaza III
Pondok Indah Blok E2, Jakarta 12310
Phone : 75900181

Biro Remidial Terpadu (BRT)
Jln. Pakubuwono VI , Phone : 7260241
Jln. Batu Tulis VII/7, Phone : 376927

Yayasan Pelita Hatiku
(Ibu Ondang dan Bpk. Agus)
Jln. Mandar XX Blok. DD 13 No. 37
Sektor 3 Bintaro Jaya Jakarta Selatan
Phone/Fax : 021-7357646


Klub Therapy Autisme (Bpk. Tamtam S)
Pamulang Permai II
Jln. Benda Barat 8A, Blok D 15 No. 8 Pamulang
Phone : 7405462

Pendidikan Dini “An’Nur” (Ibu Lilis Alis)
Jln. Ibnu Khaldun II No. 21 Komp. IAIN Ciputat
Phone : 7418659

Pusat Therapy “FIRSTIKA”
Kompl. Villa Bintaro Indah Blok B-5 No. 20
Ciputat Phone : 74860532



Jakarta Pusat

Terapi Wicara-Sasana Bina Wicara
Jln. Kramat VII No. 27, Phone : 3140636

Yayasan Jambangan Kasih
Jln. Kramat VI No. 44, Phone : 3909175
 


Jakarta Timur

KID Autis-JMC (Dr. Rudy Sutadi, DSA)
Konsultasi : JMC, Jln. Buncit Raya No. 15, Jakarta Selatan
Phone : 7940836-37
Terapi : Jln. Otista Raya No. 82 Jakarta Timur
Phone : 8198691-93 (depan Apotik Fiducia)

Terapi Wicara dan Bahasa-Sinar Hati
(Ibu Rani Handayani dan Ibu Evi Yuliasih)
Jln. Tembok No. 42 B, Jakarta Timur
Phone : 47863281, Hp. 0818170574 (Evi)
 


Jakarta Barat

Kitty Center-Green Garden
Blok N 10A-32, Jakarta Barat, Phone : 5815661

Growing Lestari-Ibu Ellen Sulaiman
Jln. Raya Kebayoran Lama Pal. 7 No. 5
Jakarta Barat, Phone : 5306520-5324387

Klinik KTK RSAB Harapan Kita
Jln. Let Jen S.Parman Kav. 87
Phone : 5668384 ext. 583, 5672191

Talitakum I (Yayasan Pancaran Kasih)
Jln. Raya Panjang No. 18 Kebon Jeruk Barat
Jakarta Barat-Phone : 5323606

Talitakum II
Sentra Niaga Puri Indah Blok T-3 No. 9 Puri Indah
Jakarta Barat, Phone : 58302976 Fax. 58301911
 

Tangerang

Pelatihan Al-Ikhsan Untuk Anak Autisme
a. Perum Batan Indah Blok. J 21
Serpong, Tangerang, Phone : 7564009

Perumahan Villa Melati Mas Blok D
Jln. Dahlia II No. 6 BSD Serpong, Tangerang
Phone : 5386461

Yayasan Tiara Pertiwi
Jln. Raya Kotabumi Perum Villa Tomang Baru
Blok L1 No. 21 Tangerang, Phone : 59300173

Permata Insania
Gedung Pusat Pendidikan Cikal Harapan
Jln. Rawa Buntu Utara I Blok H 1 No. 01 Sektor 1.4
BSD Tangerang – 15318, Phone : 5372906, 7565559



Bekasi

ANANDA (Ibu Suci)
Perum Persada Kemala
Blok 29 No. 10 Jln. Taman Persada V Bekasi
Phone : 8855130

Klinik Anak Raja (Ibu Debbie R. Sianturi)
Jln. Express VI Blok UU No. 6
Kemang Pratama –Bekasi 17116
Phone : 82415642, Fax. 82402178

 Mitra Anakku (Drs. Achmad Fatchi, MBA)
Ruko Kemang Pratama Blok AL-02
Jln. Kemang Pratama Raya Bekasi
Phone : 8205446-8205815

AGCA Center Bekasi (Ibu Ira Christiana)
Ruko Mitra – Jln. Ir. H. Juanda Blok G 33 Bekasi
Phone : 8817283


Depok

Yayasan Permata Hati
Griya Depok Asri Blok B 8 No. 18 Depok II Tengah
Phone : 7707479

Yayasan Rahmah (Terapi Wicara)
Jl. Angin Mamiri 236 Depok II Tengah
Phone : 7706885


C. Pusat-Pusat di Luar Kota Jakarta

Yayasan La Sipala
(Ibu Yusran Sipala)
Jln. Cikuray No. 16 Bogor. Phone : 0251-325200

Yayasan Kasih Bunda
Jln. Manyar Kertoarjo IV/1- Surabaya
Phone : 031-5946664

Yayasan Kasih Bunda
Jln. Wisma Permai Barat MM-31 Surabaya
Phone : 031-5938048

Yayasan Kasih Bunda
Jln. R. Tumenggung Suryo 100 A Malang
Phone : 0341-498388

AGCA Centre-Surabaya
(Dr. Handojo, MPH)
Jln. Ngagel Jaya Tengah III/21
Surabaya-60286, Phone : 031-5501669

AGCA-Centre-Semarang
Jln. Jeruk IV/14 Semarang, Hp. 0811276987

AGCA-Centre Solo
Jln. Tirtosari 30 B Solo, Phone : 0271-717330

AGCA-Centre-Bandung
Jln. Leuwisari III/13 Phone : 022-5205529

POPAA (Ibu Anita)
Perkumpulan Orangtua Pembina Anak Austik
Jln. Mahesa Raya No. 450 A Semarang
Phone ; 024-723656, 723641

Yayasan Psikodata – Taman Bina Mandiri
Jln. St. Syarif Kasim No. 116 Pekanbaru
Phone : 0761-36806

PKBI – Padang (dr. Rezki Khainidar)
Jln. Rasuna Said No. 87 Padang, Sumatera Barat
Phone : 0751-54501

YPPA – Padang
Jln. Jati Koto Panjang No. 11 Padang, Sumatera Barat
Phone : 0751-891508

Yayasan Pembina Anak Autis (YPPA)-Dra. Naili
Jln. Komplek Pertokoan Citarum Blok F No. 6
Semarang, Phone : 024-3550334

Lembaga Bimbingan Autisme “Bina Anggita”
Jln. Gedongkuning Gang Bima/Irawan No. 42 JG III
Banguntapan, Bantul Yogyakarta
Phone : 0274-371539 (M. Yasin A.md)
0274-545461 (Sukinah, S.Pd)

Yayasan Tali Kasih (Bpk. Said Hamid, SE)
Jln. Sei Alas No. 18 Medan, Sumatera Utara
Phone : 061-4523643

Dr. Sasanti Yuniar, Sp.Kj
Ketintang Permai BA 18 Wonokromo – Surabaya
Phone : 031-8280114

Yayasan Bina Anak Autisme “TORISON”
Jln. Sidan – Glondongan, Polokarto, Sukoharjo – Solo
Phone : 0271-610514

Yayasan Ananda Karsa Mandiri
Komplek Sekolah Angkasa II, Jln. Polonia – Medan
Hp. 0818853945 (Bpk. Ponijo)


D. Sekolah-Sekolah Khusus

TK Kit Gro (dr. Dwijo Saputro, Sp.Kj)
Perumahan Taman Meruya Ilir
Jln. Permata Meruya Blok D 1 / B9 Jakarta 11620
Phone : 5850262-5850273

Nirmala Nugraha – (Bpk. Saragih)
Jln. Perhubungan I No. 3 Rt. 002/06
Komplek Meteo dan Perhubungan Pondok Aren
Phone : 7353047

SLB Fajar Nugraha – (Bpk. Agus Hanafi)
Seturan 81 A Catur tunggal Depok
Sleman – Yogyakarta
Phone : 0274-516442, 517273

Sekolah Harapan Bunda – Surabaya
(Ibu Vivin C. Sungkono, S.Psi)
Pucang Jajar Tengah 81 Surabaya
Phone : 031-5024220

Mandiqa – Mandiri dan Bahagia
(Dra. Andriana S. Ginanjar dan Dra. Dyah Puspita
Jln. Erlanggga II No. 12 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Phone / Fax : 7220178

Taman Latihan dan Pendidikan Anak (TLPA)
Dengan Kebutuhan Khusus
“PELITA HATI” (Ibu Utami Djamaluddin)
Jln. Brawijaya No. 15 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Phone : 72798747

Sekolah Harapan Aisyiah
Jln. Bhayangkara No. 65 Mojokerto, Jawa Timur
Phone : 0321-391236
 

http://www.ditplb.or.id/profile.php?id=49

PENDIDIKAN ANAK TUNA DAKSA





INFORMASI MENGENAI PENDIDIKAN UNTUK ANAK TUNADAKSA
I. SIAPAKAH ANAK TUNADAKSA
Istilah yang sering digunakan untuk menyebut anak tunadaksa, seperti cacat fisik, tubuh atau cacat orthopedi. Dalam bahasa asingpun sering kali dijumpai istilah crippled, physically handicapped, physically disabled dan lain sebagainya. Keragaman istilah yang dikemukakan untuk menyebutkan tunadaksa tergantung dari kesenangan atau alasan tertentu dari para ahli yang bersangkutan. Meskipun istilah yang dikemukakan berbeda-beda, namun secara material pada dasarnya memiliki makna yang sama.
A. Pengertian Anak Tunadaksa
Tunadakasa berasal dari kata “ Tuna “ yang berarti rugi, kurang dan “daksa“ berarti tubuh. Dalam banyak literitur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan). Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Sebagai contoh, otak adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila ada sesuatu yang salah pada otak (luka atau infeksi), dapat mengakibatkan sesuatu pada fisik/tubuh, pada emosi atau terhadap fungsi-fungsi mental, luka yang terjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun sesudah kelahiran, menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita)
B. Klasifikasi Anak Tunadaksa
Pada dasarnya kelainan pada anak tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu (1) kelainan pada sistem serebral (Cerebral System), dan (2) kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus Skeletal System).
1. Kelaian pada sistem serebral (cerebral system disorders).
Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelainan sistem serebral (cerebral) didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang terletak didalam sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Kerusakan pada sistem syarap pusat mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial, karena otak dan sumsum tulang belakang sumsum merupakan pusat komputer dari aktivitas hidup manusia. Di dalamnya terdapat pusat kesadaran, pusat ide, pusat kecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan lain sebagainya. Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut Cerebral Palsy (CL).
Cerebral Palsy dapat diklasifikasikan menurut : (a) derajat kecacatan (b) topograpi anggota badan yang cacat dan (c) Sisiologi kelainan geraknya.

a. Penggolongan menurut derajat kecacatan
Menurut derajat kecacatan, cerebal palsy dapat digolongkan atas : golongan ringan, golongan sedang, dan golongan berat.
1.     Golongan ringan adalah : mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal lainnya, meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya.
2.     Golongan sedang : ialah mereka yang membutuhkan treatment/latihan khusus untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini memerlukan alat-lat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk membantu penyangga kaki, kruk/tongkat sebagai penopang dalam berjalan. Dengan pertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri.
3.     Golongan berat : anak cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.
b. Penggolongan Menurut Topografi
Dilihat dari topografi yaitu banyaknya anggota tubuh yang lumpuh, Cerebrol Palsy dapat digolongkan menjadi 6 (enam) golongan yaitu:
1.     Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh misal kaki kiri sedang kaki kanan dan kedua tangannya normal.
2.     Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan dan kaki kanan, atau tangan kiri dan kaki kiri.
3.     Paraplegia, lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
4.     Diplegia, lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri (paraplegia)
5.     Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.
6.     Quadriplegia, anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruhnya anggota geraknya. Mereka cacat pada kedua tangan dan kedua kakinya, quadriplegia disebutnya juga tetraplegia.
c. Penggolongan menurut Fisiologi, kelainan gerak dilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya (motorik), anak Cerebral Palsy dibedakan atas:
1) Spastik
Type Spastik ini ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot. Kekakuan itu timbul sewaktu akan digerakan sesuai dengan kehendak. Dalam keadaan ketergantungan emosional kekakuan atau kekejangan itu akan makin bertambah, sebaliknya dalam keadaan tenang, gejala itu menjadi berkurang. Pada umumnya, anak CP jenis spastik ini memiliki tingkat kecerdasan yang tidak terlalu rendah. Diantara mereka ada yang normal bahkan ada yang diatas normal.
2) Athetoid
Pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan. Otot-ototnya dapat digerakan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada sistem gerakan. Hampir semua gerakan terjadi diluar kontrol. Gerakan dimaksud adalah dengan tidak adanya kontrol dan koordinasi gerak.
3) Ataxia
Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan, kekakuan memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada waktu berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak. Akibatnya, anak tuna tipe ini mengalami gangguan dalam hal koordinasi ruang dan ukuran, sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari : pada saat makan mulut terkatup terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanan sampai ujung mulut.
4) Tremor
Gejala yang tampak jelas pada tipe tremor adalah senantiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus menerus berlangsung sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran. Gerakan itu dapat terjadi pada kepala, mata, tangkai dan bibir.
5) Rigid
Pada tipe ini didapat kekakuan otot, tetapi tidak seperti pada tipe spastik, gerakannya tanpak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih tampak.
6) Tipe Campuran
Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua jenis ataupun lebih gejala tuna CP sehingga akibatnya lebih berat bila dibandingkan dengan anak yang hanya memiliki satu jenis/tipe kecacatan.
2. Kelainan pada Sistem Otot dan Rangka (Musculus Scelatel System)
Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelompok system otot dan rangka didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang belakang.
Jenis-jenis kelainan sistem otak dan rangka antara lain meliputi:
a. Poliomylitis
Penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil dan tenaganya melemah, peradangan akibat virus polio yang menyerang sumsum tulang belakang pada anak usia 2 (dua) tahun sampai 6 (enam) tahun.
b. Muscle Dystrophy
Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan pada penderita muscle dystrophy sifatnya progressif, semakin hari semakin parah. Kondisi kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada kedua tangan atau kedua kaki saja, atau kedua tangan dan kedua kakinya.
Penyebab terjadinya muscle distrophy belum diketahui secara pasti.
Tanda-tanda anak menderita muscle dystrophy baru kelihatan setelah anak berusia 3 (tiga) tahun melalui gejala yang tampak yaitu gerakan-gerakan anak lambat, semakin hari keadaannya semakin mundur jika berjalan sering terjatuh tanpa sebab terantuk benda, akhirnya anak tidak mampu berdiri dengan kedua kakinya dan harus duduk di atas kursi roda.

II. APA PENYEBAB TUNADAKSA
Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak hingga menjadi tunadaksa. Kerusakan tersebut ada yang terletak dijaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, pada sistem musculus skeletal. Adanya keragaman jenis tunadaksa dan masing-masing kerusakan timbulnya berbeda-beda. Dilihat dari saat terjadinya kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah lahir.
A. Sebab-sebab Sebelum Lahir (Fase Prenatal)
Pada fase, kerusakan terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan, kerusakan disebabkan oleh:
1.     Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya, misalnya infeksi, sypilis, rubela, dan typhus abdominolis.
2.     Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusat tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.
3.     Bayi dalam kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi sistem syarat pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.
4.     Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya ibu jatuh dan perutnya membentur yang cukup keras dan secara kebetulan mengganggu kepala bayi maka dapat merusak sistem syaraf pusat.
B. Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal, peri natal)
Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan antra lain:
1.     Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen, kekurangan oksigen menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi, akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan.
2.     Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi.
3.     Pemakaian anestasi yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi dan menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi, sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya.
C. Sebab-sebab setelah Proses kelahiran (fase post natal)
Fase setelah kelahiran adalah masa mulai bayi dilahirkan sampai masa perkembangan otak dianggap selesai, yaitu pada usia 5 tahun.
Hal-hal yang dapat menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah:
1. Kecelakaan/trauma kepala, amputasi.
2. Infeksi penyakit yang menyerang otak.
3. Anoxia/hipoxia.

III. KARAKTERISTIK ANAK TUNADAKSA.
Derajat keturunan akan mempengaruhi kemanpuan penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya dengan tingkah laku anak tunadaksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya. Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan.
Ditinjau dari aspek psikologis, anak tunadaksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari llingkungan. Disamping karakteristik tersebut terdapat beberapa problema penyerta bagi anak tunadaksa antara lain:
·         Kelainan perkembangan/intelektual
·         Ganguan pendengaran.
·         Gangguan penglihatan.
·         Gangguan taktik dan kinestetik.
·         Gangguan pesepsi
·         Gangguan emosi.
IV. BAGAIMANA IMPLIKASI PENDIDIKAN ANAK TUNADAKSA
Dalam dunia Pendidikan pada prinsipnya guru mempunyai peranan ganda. Disatu pihak, guru berfungsi sebagai pengajar, pendidik, dan pelatih bagi anak didik. Dipihak lain, guru berfungsi sebagai pengganti orang tua murid di sekolah. Dengan demikian secara tidak langsung mereka dituntut untuk menjadi manusia serba bisa dan serba biasa, lebih-lebih bila dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan pada saat ini, yaitu bahwa orang tua dan masyarakat pada umumnya masih mempunyai anggapan yang keliru. Mereka berpendapat bahwa berhasil atau tidaknya pendidikan anak-anak mereka diserahkan sepenuhnya pada pihak sekolah, termasuk didalamnya para guru, tanpa ikut campur mereka.
Keadaan semacam ini lebih komplit lagi dalam dunia pendidikan luar biasa karena subjek didik yang dihadapi memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu, baik kemanpuan fisik, mental, emosi maupun dalam usaha penyesuaian diri dengan pihak luar atau lingkunagan sekitar. Oleh karena itu, tugas guru semakin berat yang dituntut keahlian serta keterampilan tertentu, baik dalam bidang metedologi yang bersifat khusus, maupun dalam bidang pelayanan terapi.
Pelayanan terapi yang diperlukan anak tunadaksa antara lain:
·         Latihan wicara (speech Therapy)
·         Fisioterapi
·         Occupational therapy
·         Hydro Therapy
Anak tunadaksa pada dasarnya sama dengan anak-anak normal lainnya. Kesamaan tersebut dapat dilihat dari fisik dan psiko-sosial. Dari segi fisik, mereka dapat makan, minum, dan kebutuhan yang tidak dapat ditunda dalam beberapa menit yaitu bernafas. Sedangkan dari aspek psiko-sosial, mereka memerlukan rasa aman dalam bermobilisasi, perlu afiliasi, butuh kasih sayang dari orang lain, diterima dan perlu pendidikan. Adapun unsur kesamaan kebutuhan antara anak tunadaksa dan anak normal, karena pada dasarnya mereka memiliki fitrah yang sama sebagai manusia.
Pandangan yang melihat anak tunadaksa dan anak normal dari sudut kesamaan akan lebih banyak memberikan layanan optimal untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, ketimbang pandangan yang semata-mata mengekspos segi kekurangannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang sering melihat orang lain tentang kelemahannya, sehingga yang muncul adalah kritik atau cemoohan. Kiranya demikian, andaikata kita melihat anak tunadaksa semata-mata dari kecacatannya. Oleh karena itu, pandangan yang mendahulukan sifat positif pada anak tunadaksa perlu dimasyarakatkan supaya kesempatan perkembangan dirinya yang baik semakin lebar. Pendidikan yang juga merupakan kebutuhan anak tunadaksa perlu direncanakan dan dilaksanakan dengan mengacu pada kemampuan masing-masing anak tunasaksa. Melalui pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan. Anak-anak tunadaksa diharapkan memiliki masa depan yang tidak selalu bergantung pada orang tua dan masyarakat.

V. BAGAIMANA MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN
Sebagaimana diketahui, bahwa pendidikan bagi anak tidak selalu harus berlangsung disuatu lembaga pendidikan khusus, sebab sebagian dari mereka (anak tunadaksa) pendidikannya dapat berlangsung di sekolah dan kelas reguler/sekolah umum. Hal ini disebabkan oleh faktor kemampuan dan ketidakmampuan anak tunadaksa dan lingkungannya. Evelyn Deno, (1970) dan Ronald L Taylor, (1984) menjelaskan system layanan pendidikan bagi anak luar biasa (termasuk anak tunadaksa) yang bervariasi, mulai dari sistem pendidikan di kelas dan sekolah reguler/umum sampai pendidikan yang diberikan disuatu rumah sakit, bahkan sampai pada bentuk layanan yang tidak memiliki makna edukasi sama sekali, yakni layanan yang diberikan kepada anak-anak tunadaksa dalam perawatan medis dan bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Dari kenyataan di lapangan bahwa anak tunadaksa memiliki problema penyerta. Problema penyerta ini berbeda-beda antara seorang anak tunadaksa yang satu dengan anak tunadaksa yang lainnya, tergantung dari pada penyebab ketunaannya, berat ringannya ketunaannya. Atas dasar kondisi anak tunadaksa tersebut, maka model pelayanan pendidikannya dibagi pada “Sekolah Khusus” dan “Sekolah Terpadu/Inklusi”.
A. Sekolah Khusus
Pelayanan pendidikan bagi anak tunadaksa di sekolah khusus ini diperuntukkan bagi anak yang mempunyai problema lebih berat, baik problema penyerta intelektualnya seperti retardasi mental maupun problema penyerta kesulitan lokomosi (gerakan) dan emosinya.
Di sekolah khusus ini pelayanan pendidikannya dibagi menjadi dua unit, yaitu unit sekolah khusus bagi anak tunadaksa ringan, dan unit sekolah khusus bagi anak tunadaksa sedang.
1. Sekolah Khusus untuk Anak Tunadaksa Ringan (SLB-D)
Pelayanan pendidikan diunit tunadaksa ringan atau SLB-D diperlukan bagi anak tunadaksa yang tidak mempunyai problema penyerta retardasi mental, yaitu anak tunadaksa yang mempunyai intelektual rata-rata atau bahkan di atas rata-rata intelektual anak normal. Namun anak kelompok ini belum ditempatkan di sekolah terpadu/sekolah umum karena anak masih memerlukan terapi-terapi, seperti fisio terapi, speech therapy, occuppational therapy dan atau terapi yang lain. Dapat juga terjadi anak tunadaksa tidak ditempatkan di sekolah reguler karena derajad kecacatannya terlalu berat.
2. Sekolah Khusus untuk Anak Tunadaksa Sedang (SLB-D1)
Pelayanan pendidikan diunit ini, diperuntukkan bagi anak tunadaksa yang mempunyai problema seperti, emosi, persepsi atau campuran dari ketiganya disertai problema penyerta retardasi mental. Kelompok anak tunadaksa sedang ini mempunyai intelektual di bawah rata-rata anak normal.
B. Sekolah Terpadu/Inklusi
Bagi anak tunadaksa dengan problema penyerta relatif ringan, dan tidak disertai dengan problema penyerta retardasi mental akan sangat baik jika sedini mungkin pelayanan pendidikannya disatukan dengan anak-anak normal lainnya di sekolah reguler/sekolah umum. Karena anak tunadaksa tersebut sudah dapat mengatasi problema fisik maupun intelektual serta emosionalnya.
Namun walaupun kondisi penyerta anak tunadaksa cukup ringan, sekolah reguler yang ditunjuk untuk melayani pendidikannya perlu persiapan yang matang terlebih dahulu, baik persiapan sarana maupun prasarananya. Seperti persiapan aksesibilitas misalnya meminimalkan trap-trap atau tangga-tangga. Jika memungkinkan dibuatkan ramp-ramp untuk akses kursi roda, atau bagi anak yang khusus menggunakan alat bantu jalan lainnya seperti kruk atau wolker. Bentuk meja atau kursi belajar disesuaikan dengan kondisi anak. Hal demikian memerlukan persiapan yang lebih terencana, sehingga tidak menimbulkan problema tambahan bagi anak tunadaksa. Juga bentuk toilet, kloset harus dapat dipergunakan bagi anak yang menggunakan kursi roda. Disamping itu sistem guru kunjung dapat membantu memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada anak tunadaksa dikemudian hari.
VI. KETENAGAAN KHUSUS, KURIKULUM DAN ADMINISTRASI
A. Ketenagaan
1. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan untuk Pendidikan Luar Biasa bagian D (tunadaksa) adalah guru yang secara khusus mempersiapkan diri untuk mengajar anak tunadaksa yang mempunyai berbagai masalah dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai dengan Tingkat Menengah. Disamping itu juga dapat merencanakan dan melaksanakan tugas pendidikan bagi anak yang sedang dalam perawatan karena operasi.
a. Tenaga Guru yang Diperlukan adalah :
1.     Guru Kelas atau Guru Bidang Studi
2.     Guru Keterampilan
3.     Guru Agama
4.     Guru Olahraga
b. Persyaratan Tenaga Guru/Pendidik adalah:
1.     Tamatan minimal SGPLB, sarjana muda/DIII, sarjana pendidikan luar biasa dari IKIP/Universitas.
2.     Untuk guru agama dari PGA, DIII, S1 IAIN atau sederajat.
3.     Untuk guru olahraga dari DIII, S1 IKIP atau Universitas.
4.     Untuk guru keterampilan DIII, S1 IKIP/Universitas
5.     Untuk guru bidang studi minimal DIII, S1 IKIP/Universitas dari jurusan yang sesuai.
2. Tenaga Ahli
Tenaga Ahli yang diperlukan untuk:
a. Remedial Teaching
Guru yang mendapat tugas khusus untuk remedial atau bertugas memberi bimbingan dan penyuluhan.
b. Team Rehabilitasi
- Dokter umum
- Dokter anak
- Dokter anak pediatry
- Dokter orthopedi
- Psikolog
- Orthopedagogik
- Speech therapist
- Occupational therapist
- Pekerja sosial

3. Tenaga Administrasi
Tenaga administrasi untuk pendidikan luar biasa bagian D (tunadaksa) adalah :
a. Kepala Sekolah
b. Wakil Kepala Sekolah
c. Bendahara
d. Tenaga Usaha, yang dapat melaksanakan : agendaris, inventaris dan pengetikan
e. Pesuruh/pembantu sekolah

4. Penjaga Sekolah/SATPAM
Petugas yang diberi wewenang untuk menjaga keamanan/memelihara ketertiban sekolah.
B. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum PLB tahun 1994, yang terdiri dari :
1. Landasan Program
2. Garis-garis Program Pengajaran
3. Pedoman Pelaksanaan

C. Administrasi
Administrasi yang digunakan adalah administrasi yang sesuai dengan pedoman administrasi yang telah dibukukan antara lain :
1. Administrasi Program Pengajaran
2. Administrasi Kepegawaian
3. Administrasi Keuangan
4. Administrasi Perlengkapan dan Barang.



http://www.ditplb.or.id/profile.php?id=46